Senin, 04 Juni 2012

KOMUNITAS: e+

e+
Profil Umum


Komunitas E+ berdiri tanggal 28 Desember 2002. Komunitas ini sudah ada sejak tahun 1985, tetapi namanya dulu Teater Equilibrium. Pada tanggal 22 Desember 2002, akhirnya berganti nama menjadi komunitas E+. Komunitas ini adalah salah satu komunitas seni di lingkungan Fakultas Ekonomi Universitas Udayana. Komunitas E+ mewadahi Kreatifitas seniman muda di Fakultas Ekonomi Unud. Berbagai bidang seni menjadi dalam E+ yaitu, Seni Teater, Seni Film dan Fotografi, Seni Musik, Seni Tari, dan lain-lain.
Dulu komunitas ini hanya terfokus pada teater saja, tetapi sekarang sudah memperluas ruang lingkupnya. 

REVIEW WORKSHOP FILM
EXCLUSIVE FOR E+ COMMUNITY
BY MARIA EKARISTI
Komunitas E+ Fakultas Ekonomi Universitas Udayana mengadakan Workshop film untuk kalangan mahasiswa, generasi muda, dan para pembimbing kegiatan dikalangan FE UNUD dengan menghadirkan Maria Ekaristi, seorang praktisi film terkemuka dari Bali, sebagai pembicara tunggal yang dilaksanakan di Aula Gedung Doktor Lantai 4  pada Sabtu 28 April 2012 mulai pukul 09.00-12.00 Wita.
   
Dalam Workshop film yang mengangkat tema “The Art Of Assisting” Maria Ekaristi membagikan  pengalamannya dalam seni pembuatan film, panduan membuat film dokumenter, dan seluk beluk dalam pengurusan izin pembuatan film yang bekerjasama dengan pihak asing. Maria Ekaristi sering mengadakan kerjasama pembuatan film dengan Lawrence Blair. Dalam acara tersebut juga dilakukan pemutaran Film Dokumenter karya Lawrence Blair yang dilanjutkan dengan sesi tanya jawab tentang penggarapan Filmnya tersebut. Lawrence Blair adalah Antropolog yang menggeluti Film Dokumenter sejak 1970-an. Lawrence Blair adalah salah satu orang yang banyak berjasa memperkenalkan Bali dan Indonesia ke seluruh Dunia dengan film-film dokumenternya mengenai Indonesia. Lawrence Blair bersama adiknya melakukan perjalanan keliling Indonesia untuk membuat sebuah film dokumenter yang nantinya selain menjadi tontonan publik juga mempunyai nilai sejarah.
Bu Maria menjelaskan bagaimana memproduksi film, meskipun dengan menggunakan alat sederhana. Dari penjabarannya tersebut bisa diambil kesimpulan bahwa film dokumenter antara yang satu dengan lainnya itu terdapat perbedaan gaya penuturannya sehingga kita bisa menyimak dan mempelajari perbedaan gayanya tersebut. Selain itu, memilih topik dan objek penelitian, struktur film serta menganalisis kebutuhan membuat film. Yang tidak kalah penting dalam pembuatan film dokumenter ini adalah sumber pembiayaan disamping juga pasti dalam pengambilan gambar atau yang di sebut shooting yang sebaiknya untuk diikuti agar ketika shooting tidak mengalami kesalahpahaman, blocking, camera angle, tata cahaya, rehearsal, shoot.
Selain memberikan penjabaran, Bu Maria langsung membagikan pengalamannya dalam bentuk softcopy yang dibagikan kepada para pserta yang datang dalam workshop film tersebut. Diharapkan dengan diberikannya pengalaman dalam bentuk softcopy  kepada para peserta workshop, mereka dapat memahami materi yang telah diberikan dan menjadi panduan dalam pembuatan film,khususnya film dokumenter. Dengan diadakannya workshop film ini diharapkan para pembuat film dapat menghasilkan karya lebih baik lagi. Meskipun workshop hanya sehari, para peserta bisa aktif berkomunikasi lewat komunitas.

Prestasi e+
2007 Gomakashi mendapatkan penghargaan film terbaik, film terfavorit, sutradara terbaik, pemeran pria terbaik, dan pemeran pembantu pria terbaik
2007 Flamboyant masuk nominasi Biffest
2010 Cursed mendapat penghargaan Film dengan editing terbaik di S.Cream Film Festival di Jogja.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar